Pages

Wednesday, January 7, 2009

Saat Semua Tak Lagi Sama


ku buka album biru penuh debu dan usang
ku pandangi semua gambar dirikecil bersih belum ternoda
pikirkupun melayang dahulu penuh kasih
teringat semua cerita orangtentang riwayatku

Tak sadar saya bersenandung lagu BUNDA, yaaah saya merindukan BUNDA - saya memanggil beliau mama.

Tak hanya mama, saya juga kangen setengah mati dengan papa dan kakak-kakak saya.

Teringat masa-masa kami dulu, bermain sepeda di halaman belakang, memanjat pohon mangga, berkumpul rame-rame di kamar papa mama sampai tertidur, atau sekedar mendengarkan petikan gitar kakak saya..

Pikiran saya smakin melayang jauh, teringat semua yang sudah saya lewati sebagai gadis kecil mereka.

Saya ingat betapa lucunya raut muka papa yg diam2 memberikan saya uang saku tambahan sambil bilang “jangan bilang2 mama ya!”, saya ingat mama yang selalu menunggu saya sepulang sekolah untuk bercerita tentang kejadian di sekolah. Beliau menyimak cerita saya, sesekali tersenyum dan mengusap-usap kepala saya.
Saya juga teringat kakak-kakak tersayang saya - Betapa menyenangkannya memiliki mereka…

Sedikit demi sedikit keadaan berubah, kami semakin dewasa, papa dan mama semakin menua.

Satu persatu kakak saya menikah, mereka memiliki keluarganya sendiri, dan saya tau mereka bahagia.

Papa mama juga berubah, senyumnya kini lebih mengembang kala melihat keponakan2 saya berlari kearah mereka, mereka tertawa, bahagia..,

Keadaan semakin berubah saat saya memutuskan untuk menikah.
Saya menikah dan pindah ke Singapore, meninggalkan mereka dan masa kecil saya.
Merasakan perubahan dari gadis kecil mereka menjadi wanita dewasa-nya..

Semua tak sama lagi, tidak ada lagi pelukan manja ke papa, tidak ada lagi telvon meminta uang jajan ke mama, tidak ada lagi rengekan minta di antar kesana kesini ke kakak-kakak saya.
Semua berganti pelukan sayang, jabatan tangan penuh hormat, dan telvon menanyakan kabar mereka.

Kisah ini diakhiri dengan sempurna, ketika saya melihat kearah suami saya..
Melihatnya membawakan belanjaan membuat saya seperti memiliki kakak saya, melihatnya memijit dan mengoleskan minyak kayu putih mengingatkan saya pada mama, melihatnya memanjakan dan mendukung saya seolah2 seperti ada papa disamping saya..

Semua memang tak sama lagi, tak apa-apa asal ada dia disisi saya.

5 comments:

Kabasaran Soultan said...

SEPOTONG PUISI MENYAMBUT HARI IBU

Buat Bundaku Yang Jauh di seberang Sana dan buat bunda-bunda lainnya.

Bundaku ,
Dalam manis dan lezatnya kehidupan
Cintamu ada dalam syukurku
Dalam pahit dan getirnya kehidupan
Kasihmu ada dalam Sabarku
Dalam sulit dan berlikunya jalan
Kompasmu ada dalam pikiranku
Dalam gesekan dan benturan pergaulan
Bijakmu ada dalam hatiku
Adakah cinta yang melebihi cinta sang bunda ?
Adakah kasih yang melebihi kasih sang bunda ?
Tidak seperti sang matahari yang masih menyisakan malam
Tidak seperti sang udara yang masih mengosongkan ruang hampa
Tidak seperti samudra yang masih menghamparkan daratan
Cintamu adalah sejati-jatinya cinta
Kasihmu adalah sebenar-benarnya kasih
Dalam darahku mengalir darahmu
Dalam dagingku menempel dagingmu
Dalam pikiranku menumpuk pintarmu
Dalam hatiku menggunung bijakmu
Harimu adalah hari-hari ku
Dalam kasih ku ada kasih mu
Tak satupun mampu memisahkannya
Tidak jarak, tidak waktu dan tidak juga dimensi
Setiap hari adalah hari-hari mu ,Bunda

PanggilSajaDian said...

Waaah keren banget puisinya..
Thanks mas..

Poppus said...

saya terharu baca ceritanya. Saya rasa, tuhan tidak pernah benar-benar mengambil sesuatu dari kita, tapi ia mengganti

Poppus said...
This comment has been removed by the author.
PanggilSajaDian said...

Thanks udah baca tulisan2 saya ^_^

Post a Comment